Gender dan Wanita Pekerja
its been awhile im not posting a thing in this blog. yah, kesibukan dalam dunia kerja semakin menjadi apalagi sebentar lagi akan diadakan OSK, OSP, dan OSN 2019. Saya berpartisipasi sebagai guru pembimbing murid di sekolah saya. Sebetulnya, saya hanya ingin memposting tulisan yang saya dapatkan dari skripsi teman saya. mungkin tulisan ini sudah di muat dalam skripsinya, tapi saya hanya ingin mempostingnya saja. apalagi isu isu gender semakin meledak ledak belakangan ini, berikut saya jabarkan tulisan iseng saya mengenai gender
Gender
secara etimologis dapat diartikan sebagai pengelompokan individu dalam tata
bahasa yang digunakan untuk menunjukan ada tidaknya kepemilikan terhadap satu
cirri jenis kelamin tertentu.[1] Gender
secara teoritis disampaikan oleh burke yaitu istilah gender digunakan untuk
membedakan ataupun menggambarkan karakteristik dan perilaku individu yang
secara sosial sesuai dengan laki laki dan perempuan.[2]
kata
gender dengan konsep gender tentunya berbeda, perlu dibedakan dengan kata seks
Genis kelamin. Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua
jenis kelamin manusia yang ditemukan secara biologis yang melekat,[3]
Gender dan Jenis kelamin adalah hal yang berbeda.
Konsep
Gender mengacu kepada peran dan beban dari Jenis kelamin tertentu yang
terbentuk di keluarga, masyarakat dan budaya kita.[4]
Peran dan beban tersebut mempengaruhi pengertian dan persepsi manusia akan
perbedaan maskulin dan feminism, serta manusia sebagai mahluk sosial memeriksa
bagaimana peran dan beban tersebut berubah, pengaruhnya pada identitas
seseorang, praktik sosial dan berfokus pula pada perubahannya.[5]
Secara
terminologis, didefinisikan sebagai harapan – harapan budaya terhadap laki –
laki dan perempuan,[6]
Lah,kok harapan, lah iya dong Norma lah yang membentu kebudayaan sehingga kita dapat mengatakan bahwa pacaran semak semak itu cabul ( ? ) termasuk juga gender,
"wanita ya urusannya di dapur dan di ranjang"
statement diatas adalah bukti adanya
Gender
dapat dikaji dalam berbagai pendekatan teori,yaitu teori structural fungsional,
sosial konflik, feminisme liberal, feminisme marxis- sosialis, feminisme
radikal, ekofeminisme dan psikoanalisa
Teori
struktural- fungsional berangkat dari asumsi bahwa masyarakat terdiri atas beberapa
bagian atau unsure – unsur dasar yang saling mempengaruhi dan saling sepakat
atas unsur – unsur tersebut[7] Talcott
Parsons dan Bales menilai bahwa pembagian 6 peran secara seksual adalah suatu
yang wajar[8] Dengan
pembagian kerja yang seimbang, hubungan suami-isteri bisa berjalan dengan baik.
Jika terjadi penyimpangan atau tumpang tindih antar fungsi, maka sistem
keutuhan keluarga akan mengalami ketidakseimbangan. Keseimbangan akan terwujud
bila tradisi peran gender senantiasa mengacu kepada posisi semula.[9]
Dalam kasus ini perempuan selalu dikaitkan dengan peran domestic. Masyarakat di
akumulasikan sebagai satu kesatuan organism yang saling mendukung dan kokoh
sehingga menyebabkan ke ajeg an.
Teori
konflik yang dijelaskan marx bahwa tingkat distribusi yang kurang merata dapat
menimbulkan konflik kepentingan[10]
marx memandang bahwa konlik sosial terjadi antar kelompok dan kelas sosial
tergantung pendapatan ataupun sisi ekonomis, sedangkan weber menyatakan konflik
merupakan unsure dasar manusia yang tidak dapat dihilangkan yang berubah
hanyalah sarananya,objeknya arah dasar ataupun pendukungnya[11]
Konflik sarat akan kepentingan dan kekuasaan weber mengistilahkan konflik
sebagai suatu system otoritas atau system kekuasaan[12]Keluarga,
menurut teori ini, bukan sebuah kesatuan yang normatif (harmonis dan seimbang),
melainkan lebih dilihat sebagai sebuah sistem yang penuh konflik yang
menganggap bahwa keragaman biologis dapat dipakai untuk melegitimasi relasi
sosial yang operatif.[13]
Kesimpulan
Keluarga
inti tentunya memiliki potensi konflik dan ajeg, Peran wanita dalam teori
structural-konlik lebih menekankan pada peran domestic dapat dengan mudah
berubah tergantung kondisi ekonomi keluarga tersebut. Dijelaskan pada teori
konflik, otoritas muncul karena adanya kepentingan ataupun kebutuhan. Peran
gender wanita dalam hal ini mulai bertambah menjadi memiliki peran public
seperti mencari kerja. Sistem kekuasaan selalu ada dalam setiap organism,
tetapi, dengan adanya kebutuhan konflik peran sarat terjadi yang menyebabkan
wanita menjadi pekerja kasar dan bahkan pekerja kantoran.
well folks, that all i got about gender, tentunya masih sangat jauh ya dari penjabaran para profesor dan doktor yang di Kampus - Kampus terkenal. Kalau ada yang kurang atau adanya masukan, silakan dituliskan dalam kolom komentar dibawah ini
[1]
Esposito, John.L, the oxford of
Encyclopedia of modern world ,New York : Oxford University Press, Hal 326
[2]
Burke, C. K dalam Handi Octavianus, “ Hubungan Konflik Peran Gender Laki –Laki
dengan Mekanisme Pertahanan Psikologis , 2008,Skripsi: Universitas Sanatha
Dharma, Jogjakarta,2008
[3] Mansour
Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2004, hal. 8
[4]
UNESCO, UNESCO’s Gender Mainstreaming Implementation Framework, Last updated April 2003 hal 1
[5] Zevallos,
Z. (2014) ‘Sociology of Gender,’ The Other Sociologist, 28
November. Online resource: https://othersociologist.com/sociology-of-gender/
[6] Lips,
Hilary M. (1993). Sex and Gender: An Introduction. London: Myfield Publishing
Company. Hal 4
[7]
Wirawan,Ida Bagus, Teori – teori sosial dalam tiga paradigm: Fakta sosial,
Definisi sosial & Perilaku sosial, Jakarta, 2012 pranamedia,hal 41
[8] Umar,
Nasaruddin. (1999). Argumen Kesetaraan Jender: Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:
Paramadina. Cet. I. hal 53
[9]
Ibid, hal 53
[10]Turner
dalam Wirawan,Ida Bagus, Teori – teori sosial dalam tiga paradigm: Fakta
sosial, Definisi sosial & Perilaku sosial, Jakarta, 2012 pranamedia,hal 62
[11]
Sutaryo dalam Wirawan,Ida Bagus, Teori – teori sosial dalam tiga paradigm:
Fakta sosial, Definisi sosial & Perilaku sosial, Jakarta, 2012 pranamedia,hal 66
[12]
Wirawan, ida bagus, Teori – teori sosial dalam tiga paradigm: Fakta sosial,
Definisi sosial & Perilaku sosial, Jakarta, 2012 pranamedia,hal 69
[13] Megawangi,
Ratna (1999). Membiarkan Berbeda: Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender.
Bandung: Mizan. Cet. I hal 91

Comments
Post a Comment